Selasa, 12 Februari 2013

HOME

Mari saya antarkan kalian ke sebuah lagu nan syahdu seperti lagunya Michael Bubble - Home

Another summer day
Has come and gone away
In Paris and Rome
But I wanna go home
Mmmmmmmm

"Let me go home
I’ve had my run
Baby, I’m done
I gotta go home
Let me go home
It will all be all right
I’ll be home tonight
I’m coming back home
"

Home dalam bahasa Indonesia diartikan RUMAH.
Tapi sebenarnya saya kurang puas dengan arti ini.
Kadang saya sedikit kecewa dengan bahasa indonesia. Hihihiihi
Soalnya nggak ada kata yang bisa memberikan penjelasan dengan jelas tentang HOME.

HOME memang rumah.
Lalu HOUSE juga rumah, hanya rumah yang dimaksud adalah bangunan rumah.
Tapi dalam bahasa Indonesia kita menyebutkan rumah, entah pada keadaan apa.
Karena kita cuek saja menggunakan kata itu. Misalnya:

"Dimana rumahmu?" Tanya Aco.
"Itu rumahku yang cat warna pink" Jawab Ani.

"Kau mau pigi kemana?" Tanya Mimin
"Saya mau pulang ke rumah" Jawab Mumun

Untuk contoh yang pertama sudah jelas yang dimaksud disana adalah HOUSE,
Tapi untuk contoh yang kedua tidak jelas... sebenarnya yang dimaksud disana adalah HOME atau HOUSE.

Jadi, HOME itu lebih menenakankan pada situasi, dimana kau menyebut sebuah lingkungan sebagai rumahmu.
Sebagai tempatmu untuk pulang.
There's where a' u belong
Semoga beberapa tahun mendatang, bahasa Indonesia juga punya kata yang lebih spesifik untuk mengartikan HOME dan HOUSE.
Amin.

Dulu saya punya sebuah tempat yang saya sebut HOME.
Tempat itu ada di daerah pulau Jawa, disekitaran daerah yang bernama Solo, lalu lebih ke pelosok lagi di kabupaten yaitu Sukoharjo.
Kalau mau dibandingkan dengan kehidupanku yang sekarang, kadang saya berpikir kalau Sukoharjo itu adalah sebuah Kabupaten yang sangat sederhana, dan tidak terlalu ramai.
Tapi entah kenapa saya dulu menganggap kota itu tidak akan pernah sepi.

Bahkan setelah bertahun-tahun tinggal di Palu, saya masih terus menyebutnya HOME.
Kalau akan ke Jawa, saya tidak menggunakan kalimat "pergi ke Jawa" tapi "Pulang ke Jawa"
Berada di Palu serasa seperti di perantauan.
Sukoharjo akan menjadi tempat yang selalu indah dalam kenanganku,
Dimana saya dibesarkan disana,
Cinta tumbuh dimana-mana
Seluruh tetangga mengenalku
Bahkan pasti akan sangat terkejut jika melihatku yang kini menjulang tinggi melebihi tinggi mereka

Beberapa sanak saudara pasti akan tersenyum melihatku, dan yang saya yakin--itu bukanlah senyuman palsu seperti yang biasa saya lihat di sinetron-sinetron ketika sang antagonis berpura-pura tersenyum bahagia melihat si tokoh protagonis.

Tapi itu adalah sebuah senyuman yang seolah berkata, Selamat datang kembali di rumahmu



Senyuman itu, orang-orang itu. Halaman rumah, pepohonan, sawah, sepeda, ikan-ikan, semua itu menjadi kenangan buatku yang selalu saya nanti-nantikan tiap akan kembali ke Jawa.

Waktu berlalu.
Keadaan pun tak sama lagi.

Mbah Putri Meninggal
Mbah Kakung meninggal
Beberapa Tetanggaku meninggal
Mbah Hasan meninggal
Mbah Karno meninggal
Mbah Kamdani meninggal
Dek Citra kuliah di Jogja
Dek Anggi kuliah di Jogja
Dek Nurul menderita gangguan jiwa
Mbak Linda pindah ke Jakarta mengikut Suami

Semua habis ditelan jaman.
Pergi, tercerai dari tanah yang mempertemukan kami.
Dulu sekali, dahulu sekali... aku sangat bersemangat dan menanti-nantikan kapan bisa kembali ke Jawa, mengingat padatnya kegiatan, dan jadwal yang selalu tidak bisa bertemu dengan jadwal amalia untuk pergi liburan.
Mama berkata, "Kau tidak boleh mengorbankan kuliahmu hanya untuk bersenang-senang"

Hingga beberapa waktu yang lalu ketika Amalia berlibur dari aktivitas kuliahnya di Jogja, ia menceritakan bahwa ia sempat berkunjung di Sukoharjo, dan betapa keadaan sangat telah berbeda. Ia bahkan mengambil beberapa foto lingkungan disana.

Saya teringat sebuah kolam ikan yang dulu selalu dikuras oleh Papaku, Amalia dan saya. Bagiku dulu kolam itu amat sangat besar...
Tapi setelah melihat fotonya kini,
Entah apakah bumi yang semakin mengkerut, semakin menyempit, seperti tahu bahwa lahan di dunia ini semakin terbatas, atau bagaimana..., pikirku.
Menyadari faktanya kini betapa kecilnya kolam itu.
Mungkin dulu saya melihatnya sewaktu tubuhku masih kecil sehingga mengira kolam itu begitu besar.




Perlahan harapan pudar.
Kau tahu? Semangat untuk "PULANG" yang ada dulu, kini berbeda.
Keadaan di sana tak sama lagi.
Senyuman itu, orang-orang yang melihat saya bertumbuh, telah tiada.

Hal itu menyadarkan saya, bahwa sesungguhnya sesutu yang disebut HOME itu bukanlah lingkungan/tempat/letak geografisnya/tempat kau dilahirkan,

melainkan...

orang-orangnya.

Orang-orang terkasih itu yang menciptakan sebuah HOME untuk hati kita. dimana disana kau akan selalu mendapatkan penerimaan,
Terkadang kau mendapatkan segalanya tanpa harus membayar apapun, termasuk cinta kasih. Disana ada orang-orang yang akan selalu menerimamu apapun keadaanmu
Tak perduli apakah kehidupan menerima atau menolakmu?
Mereka akan selalu ada menerimamu, menyayangi, dan memberikan hidup mereka untukmu.

Itulah Rumah, HOME ...
Saya teringat dengan sebuah lirik yang sangat mengena dengan makna HOME:

"Well I'm going home, 
Back to the place where I belong, 
And where your love has always been enough for me. 
I'm not running from. 
No, I think you got me all wrong. 
I don't regret this life I chose for me. 
But these places and these faces are getting old, 
So I'm going home."

Sekarang,bagiku Rumah atau HOME itu adalah disini... di Palu, dengan mereka yang selalu memberikan senyuman kepadaku. Keramahan, pertolongan, tangan yang terbuka, yang mungkin tidak akan saya dapatkan di tempat lain ketika sebagai orang asing.
Keluarga, Sahabat, Pertemanan, diibaratkan seperti berbagai benang.
Semua terjalin terpilin terpintal menjadi sebuah kain indah,
maka kain itu disebut HOME-Rumah.

Disini saya akan menghabiskan waktu di rumahku-HOME,
Mungkin, sampai saat semua orang-orang ini pergi,
saya baru akan menetapkan dimana Rumahku-HOMEku selanjutnya.

With Love, in my HOME,
Dian Ayu Merdekawati
....