Minggu, 11 November 2012

Cerpen : Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku Dengan Bibirmu?

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti TEMU SASTRA SEINDONESIA, disana pembahasan mengenai sastra, peranan negara dengan perkembangan sastra di Indonesia, asal usul sastra di Indonesia...

KemudianSang Moderator tiba-tiba menceritakan tentang sebuah cerpen yang judulnya amat menggeleitik untuk orang2 yang baru pertama mendengarnya. Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku Dengan Bibirmu? Cerpen ini sangat booming, tapi saya belum pernah membacanya...saya pun sangat penasaran, dan membagikannya untuk kalian.

Berikut adalah cerpen Karya Hamzad Rangkuti yang berjudul maukah kau menghapus bekas bibirnya bibirku dengan bibir mu :
Seorang wanita muda dalam sikap yang mencurigakan berdiri d pinggir geladak sambil memegang terali kapal. Dia tampak  sedang bersiap siap hendak melakukanupacara bunuh diri, melompat dari lantai kapal itu. Baru saja ada d antara anak buah kapal berusaha mendekatinya, mencoba mencegah perbuatan nekad itu, tp wanita muda itu mengancam akan segera terjun kalau sampai anak buah kapal itu mendekat. Dengan dalih agar bisa memotretnya dalam posisi sempurna kudekati dia sambil membawa kamera. Aku berhasil memperpendek jarang dengannya.sehingga tegus sapa d antara kami bisa trdengar.
“tolong ceritakan sebab apa kau ingin bunuh diri?” kataku memancing perhatiannya
Dia tak beralih menatap ke kejauhan laut. Di sana ada sebuah pulau. Mungkin impiannya telah retak menjadi pecah dan sudah tak bisa lagi untuk d rekat.
“tolong ceritakan penyebab segalanya, biar ada bahan untuk ku tulis.”
Wanita itu membiarkan sekelilingnya.angin mempermainkan ujung rambutnya. Mempermainkan ujung lengan bajunya. Dan tampak kalau dia telah berketetapan hati untuk mengambil sebuah keputusan nekad. Tiba-tiba dia melepas sepatunya. Menjulurkannya ke laut.
“ini dari dia” katanya dan melepas sepatu itu. Sepatu itu jatuh mendekati ombak, kuabadikan dalam kamera.
Kemudian dia meraba jari tangan kirinya. Di sana ada sebentuk cincin. Sinar matahari memantul memancar klaunya. Mata berliannya membiaskan sinar tajam. Dikeluarkan cincin itu dari jarimanisnya. Di ulurkannya melampaui terali. Ombak yang liar menampar dinding kapal. Tangan yang menjulurkan cincin itu sangat mencemaskan.
“ini dari dia” katanya, dan melepas cincin itu.
“semua yang ada padaku, yang berasal darinya, akan kubuang ke laut. Sengaja hari ini kupakai semua yang pernah dia berikan kepadaku hanya untuk ku buka dan kubuang satu persatu ke laut. Tak satu pun benda benda ituyang kuizinkan melekat di tubuhku saat aku telah menjadi mayat d dasar laut. Biarkan aku tanpa bekas sedikitpun darinya. Inilah saat yang tepat membuang segalanya ke laut, dari atas kapal yang pernah membuat sejarah pertemuan kami.
Wanita itu mulai melepas kancing2 bajunya, melepaskan pakaiannya, dan membuang satu persatu ke laut. Upacara pelepasan benda yang melekat di tubuhnya dia akhiri dengan melepas penutup bagian akhir tubuhnya. Membuang nya kelaut.
“apapun yang berasal darinya, tidak boleh ada yang melekat d jasadku, saat aku sudah menjadi mayat, di dasar laut. Biarkan laut membungkus jasadku seperti kain pembungkus mayat. Biarkan asin airnya menggarami tubuhku tanpa sehelai benang penyekat”
Wanita telanjang itu mengangkat sebelah kakinya melampaui terali, bersiap siap membuang dirinya ke laut. Kamera kubidikan ke arahnya. D dalam lensa terhampar pemandangan yg fantastis! Wanita muda, dalam ketelanjangannya,berdiri d tepi geladak dengan latar ombak dan burung camar. Sebuah pulau bebentuk bercak hitam d kejauhan samudera terlukis di sampingnya dalam bingkai lensa. Sebelum melompat,dia menoleh kearahku, seperti ada sesuatu yang terbersit di benaknya yang hendak dia sampaikan kepadaku, sebelum dia melompat.
“ternyata tak segampang itu membuang segalanya” katanya, “ada sesuatu yang ta bisa d buang begitu saja” dia diam sejenak.memandang bercak hitam d kejauhan samudera. Dipandanginya lengkung langit agak lama, lalu bergumam: “bekas bibirnya,bekas bibirnya ta bisa ku buang begitu saja.” Dia berpaling ke arahku. Tatapannya lembut menyejukan. Lama,dan agak lama mata itu memandang dalam tatapan yang mengambang “ Maukah kau menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu?” katanya ragu.
Aku tersentak mendengar permintaan itu. Sangat mengejutkan dan rasanya tak masuk akal diucapakan olehnya. Permintaan itu terasa dating dari orang yang sedang putus asa. Kucermati wajahnya dalam lensa kamera dan mendekat. Pemulas bibiur dengan warna merah tembaga dengan sentuhan warna emas, memoles bibirnya, menyiratkan gaya aksi untuk kecantikan seulas bibir.
“ tidak akan aku biarkan bekas itu terbawa ke dasar laut. Maukah kau menghapus bekas bibirnya d bibirku dengan bibirmu? Tolonglah. Tolonglah aku meleyapkan segalanya.”
Orang orang yg terpaku di pintu pantai berteriak kepadaku.
“lakukanlah! Lakukanlah!
Seorang muncil d pintu geladak membawa selimut terurai, siap menutup tubuh wanita telanjang itu.
“Tolonglah! Tolonglah aku menghapus segalanya. Jangan biarkan bekas itu tetap melekat di bbirku dalam kematianku di dasar laut. Tolonglah.”
“lakukanlah!Lakukanlah!” teriak orang orang yang menyaksikan dari pintu geladak.
Aku hampiri wanita itu, orang yang membawa selimut itu berlari kea rah kami. Menyelimuti kami dengan kain yang terurai itu. Di dalam selimut ku cari telinga wanita itu.
“masih adakah bekas bibirnya di bagian lain tubuhmu yang harus kuhapus dengan bibirku?” bisikku.

1 komentar: