Entah harus mulai dari mana !
Well, mungkin kita akan mulai dari hal ini...
Kalo mau
ditanya, kenapa sih buat anak-anak remaja, orang tua itu dirasa seperti lebih
seperti musuh yang paling pas di ajak adu mulut tiap hari… dari pada sebagai
orang yang paling menyayangi kita di dunia ini, dan sudah memberikan kesempatan
kita hidup (setelah Tuhan). Kenapa saya ngomong gitu? Ya jelas aja… bayangin
aja kalo ortu kalian sempat kemasukan setan pas lagi mengandung kita, trus dia
nggak pengen kita hidup, Karena waktu itu dia belom tau kalo suatu saat kita
akan menjadi seperti sekarang ini… anak yang pintar bicara, anak yang pintar
membentak orang tua, pasti sekalean aja dia “Pateni” (Jawa language, meaning:
Matiin) kita. Tapi nggak begitu. Kenapa? Karena waktu itu mereka menaruh banyak
harapan, dan mereka optimis, kalo kita pasti akan tumbuh dengan lebih banyak
kebaikan daari dalam hidup kita, dan bisa membahagiakan mereka.
Terkadang
sulit bisa menyamakan pendapat dan pandangan dengan ortu yang sering disebut
ABG zaman sekarang kolot. Sebenarnya nggak segitunya juga. Percaya ato nggak
ortu kita juga berusaha untuk menyeimbangi kita, menyeimbangi proses kehidupan
kita yang begitu serba cepat serba instan, istilah gaul dimana-mana, pola
pertemanan yang tidak seperti dulu.
Kenapa sih
sering terjadi pertengkaran diantara anak dan orang trua?
Sebenarnya
jawabannya gampang, … itu karena kita belum pernah merasakan ada di posisi
mereka. Itupun kita akan merasaka n itu semua, kalau mereka sudah tidak ada
(mati) dan tak bisa lagi mengejek dan mengingatkan kita, karena dulu pernah
bandel dan tidak mendengar kata-kata mereka.
Mendadak saya langsung ingin angkat topik ini karena akhir2 ini baru terbuka beberapa teman-temanku yang ternyata memiliki masalah dan kepahitan dengan orang tua mereka.
Sebenarnya bukan hanya masalah dengan orang tua. Kita pun kadang terlibat masalah juga dengan relas-relasi kita seperti teman, saudara, tetangga, sahabat, pacar, guru, de el el...
Mendadak saya langsung ingin angkat topik ini karena akhir2 ini baru terbuka beberapa teman-temanku yang ternyata memiliki masalah dan kepahitan dengan orang tua mereka.
Sebenarnya bukan hanya masalah dengan orang tua. Kita pun kadang terlibat masalah juga dengan relas-relasi kita seperti teman, saudara, tetangga, sahabat, pacar, guru, de el el...
Kenapa kadang sampai hal seperti itu bisa terjadi ? Ada dua orang yang bertengkar, dan keduanya saling egois tidak ingin mendengarkan satu sama lain. Menurut saya, itu karena KITA TIDAK MENCOBA MENGERTI JALAN PIKRIAN ORANG LAIN, DAN MENCOBA MENEMPATKAN DIRI KITA JIKA DI POSISI MEREKA.
Saya baru tersadar akan hal ini, ketika saya mengalaminya sendiri.
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya di postingan-postingan, bahwa beberapa bulan yang lalu saya melewati bulan-bulan susah, dimana saya harus mengurus rumah sepenuhnya, urusan rumah tangga sepenuhnya, disisi lain saya harus mengurus kuliah saya, hal itu benar-benar melelahkan.
Dan untuk pertama kalinya, saya merasa sangat merindukan sosok Mama, dan menghargai betapa berartinya kehadiran dia.
Dulu saya selalu bertanya, kenapa saya memiliki Mama yang galak, cerewet, dan sepertinya tidak menyukai saya. Karena selalu saja ada hal yang salah dari saya untuknya.
Saya tak akan pernah mengerti.... TAK AKAN PERNAH MENGERTI jalan pikirannya sekalipun Mama harus menjelaskan semua pemikirannya sampai mencucurkan air mata. Karena saya belum pernah menempatkan diri saya di posisinya, dan merasakan bila ada di posisinya. Selama Mama tidak di rumah, dan jauh dari saya dan Papa, mendadak tiap hari saya jadi orang yang begitu cepat sensitif. Dan betapa marahnya saya kalau mendapati Papa membuat rumah kotor, misalnya menaruh pakaian kotor sembarangan. Saya jadi sangat kesal dan marah... masalahnya saya sudah sangat capek, belum lagi tugas kampus, dan sepertinya Papah tidak mengerti kalau saya sangat lelah . (Ya, orang yang capek itu jadi 5X lebih sensitif dari sebelumnya)
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya di postingan-postingan, bahwa beberapa bulan yang lalu saya melewati bulan-bulan susah, dimana saya harus mengurus rumah sepenuhnya, urusan rumah tangga sepenuhnya, disisi lain saya harus mengurus kuliah saya, hal itu benar-benar melelahkan.
Dan untuk pertama kalinya, saya merasa sangat merindukan sosok Mama, dan menghargai betapa berartinya kehadiran dia.
Dulu saya selalu bertanya, kenapa saya memiliki Mama yang galak, cerewet, dan sepertinya tidak menyukai saya. Karena selalu saja ada hal yang salah dari saya untuknya.
Saya tak akan pernah mengerti.... TAK AKAN PERNAH MENGERTI jalan pikirannya sekalipun Mama harus menjelaskan semua pemikirannya sampai mencucurkan air mata. Karena saya belum pernah menempatkan diri saya di posisinya, dan merasakan bila ada di posisinya. Selama Mama tidak di rumah, dan jauh dari saya dan Papa, mendadak tiap hari saya jadi orang yang begitu cepat sensitif. Dan betapa marahnya saya kalau mendapati Papa membuat rumah kotor, misalnya menaruh pakaian kotor sembarangan. Saya jadi sangat kesal dan marah... masalahnya saya sudah sangat capek, belum lagi tugas kampus, dan sepertinya Papah tidak mengerti kalau saya sangat lelah . (Ya, orang yang capek itu jadi 5X lebih sensitif dari sebelumnya)
Dari situ saya belajar, bahwa Mama mengalami apa yang saya rasakan... Pantas saja kalau dia marah-marah tiap hari, cepat marah, begitu sensitif, dan sedikit kekotoran saja begitu membuatnya langsung gusar .
Sekarang saya bisa memahami... apa yang dia rasakan. Dia sangat lelah, lelah mengurusi kami... lelah menjadi "pembantu" di rumah ini. (Itulah istilah yang di pakai Mama kalau dia sudah sangat kesal).
Sejak saat itu, saya berjanji... apapun yang Mama lakukan padaku, saya tahu Mama sangat menyayangiku... hanya saja keadaan, situasi, membuatnya mungkin tak bisa rileks, dan selalu marah2.
Beberapa jam yang lalu seorang teman saya curhat kepada saya mengenai orantuanya yang sedang bertengkar. Dia sedih, dan berkata bahwa ia sudah lama tidak saling tegur dengan papanya. Karena Papanya berkelahi dengan Mamanya, dan ia membela Mamanya. Maka ia jadi seperti bermusuhan dengan Papanya. Hampir 1 bulan dia tidak saling sapa dan tegur dengan Papanya. Tragisnya, saking emosinya, teman saya itu berkata... biar saja Papanya mati sekalian. DDUEERR! Guys, ingat... perkataan adalah doa. Walaupun kita dalam situasi yang benar2 marah, dan emosi... ingat Tuhan tidak pernah melarang kita marah. Marah itu manusiawi, asal jangan sampai membuat kita jatuh dalam dosa. Apalagi mengatakan hal seperti tadi. Terkadang manusia mengatakan kalimat-kalimat yang belum tentu bisa ia pertanggung jawabkan nantinya.
Sekarang berandai-andai, kalau kalian ada di posisi Papa teman saya itu bagaimana rasanya? Disudutkan oleh dua orang yang sebenarnya dicintainya,
Fakta tentang ortu kita :
Sekarang saya bisa memahami... apa yang dia rasakan. Dia sangat lelah, lelah mengurusi kami... lelah menjadi "pembantu" di rumah ini. (Itulah istilah yang di pakai Mama kalau dia sudah sangat kesal).
Sejak saat itu, saya berjanji... apapun yang Mama lakukan padaku, saya tahu Mama sangat menyayangiku... hanya saja keadaan, situasi, membuatnya mungkin tak bisa rileks, dan selalu marah2.
Beberapa jam yang lalu seorang teman saya curhat kepada saya mengenai orantuanya yang sedang bertengkar. Dia sedih, dan berkata bahwa ia sudah lama tidak saling tegur dengan papanya. Karena Papanya berkelahi dengan Mamanya, dan ia membela Mamanya. Maka ia jadi seperti bermusuhan dengan Papanya. Hampir 1 bulan dia tidak saling sapa dan tegur dengan Papanya. Tragisnya, saking emosinya, teman saya itu berkata... biar saja Papanya mati sekalian. DDUEERR! Guys, ingat... perkataan adalah doa. Walaupun kita dalam situasi yang benar2 marah, dan emosi... ingat Tuhan tidak pernah melarang kita marah. Marah itu manusiawi, asal jangan sampai membuat kita jatuh dalam dosa. Apalagi mengatakan hal seperti tadi. Terkadang manusia mengatakan kalimat-kalimat yang belum tentu bisa ia pertanggung jawabkan nantinya.
Sekarang berandai-andai, kalau kalian ada di posisi Papa teman saya itu bagaimana rasanya? Disudutkan oleh dua orang yang sebenarnya dicintainya,
Fakta tentang ortu kita :
1. Mereka sebenarnya kesepian. Sangat kesepian. (Cari tahu sendiri apa maksudnya)
2. Mereka punya cara masing-masing untuk mengungkapkan rasa sayang mereka. Beberapa orang tua tidak bisa berbicara lembut atau setiap hari mengatakan "I Love you" pada anaknya, sekalipun sebenarnya mereka sangat sayang.
3. Kalau diminta memberikan nyawa mereka untuk anaknya, pasti mereka akan memberikannya...
4. Papa-Mama... dua orang malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuk kita.
5. Papa-Mama... dua orang yang sulit dimengerti, tetapi ketika kita ada di posisi mereka kelak, kita akan mengerti dan menyesali semua perbuatan kita dulu.
Papa-Mama,
Kalian yang terbaik.
Sayangi mereka. Karena kita tidak pernah menghargai sesuatu, dan menyadari betapa pentingnya sesuatu sampai kita kehilangannya.
Love u, Mom, Dad :*
2. Mereka punya cara masing-masing untuk mengungkapkan rasa sayang mereka. Beberapa orang tua tidak bisa berbicara lembut atau setiap hari mengatakan "I Love you" pada anaknya, sekalipun sebenarnya mereka sangat sayang.
3. Kalau diminta memberikan nyawa mereka untuk anaknya, pasti mereka akan memberikannya...
4. Papa-Mama... dua orang malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuk kita.
5. Papa-Mama... dua orang yang sulit dimengerti, tetapi ketika kita ada di posisi mereka kelak, kita akan mengerti dan menyesali semua perbuatan kita dulu.
Papa-Mama,
Kalian yang terbaik.
Sayangi mereka. Karena kita tidak pernah menghargai sesuatu, dan menyadari betapa pentingnya sesuatu sampai kita kehilangannya.
Love u, Mom, Dad :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar