Senin, 28 Mei 2012

Belajar Driving

Pertama kali duduk di belakan stir mobil, rasanya adalah DAG.DUG.DUAR!!
Mendadak, semua jalan didepan kelihatan sempitttt sekali.
Kamu juga pernah mengalaminya kan? kan? kan?

Pertama kali belajar, waktu kelas 3 SMA. Papa bawa aku latian di lapangan Jalur Dua (Entahlah apa namanya)
Lapangannya cukup luas, dan dulu lapangan itu belum di bangun sekolahan serta bangunan seperti sekarang.

Pelajaran pertama yang harus dimulai adalah, bagaimana cara START.

Itu penting, dan juga MENYEBALKAN.

Karena kalo kaki nggak singkron dengan kopleng, maka yang ada mobilnya mati-mati mulu.
Sialnya, hal itulah yang terjadi sama aku.
Tiap mau start mati. Papah di sebelah sudah melotot. "Coba kakimu itu di rasa-rasa. Masa kamu nggak ada feeling..." Ujarnya yang duduk di sebelah tempat duduk pengemudi. Dengan bibir manyun, saya mencoba menstater mobil, dan menjalankannya.

MATI LAGI.

Coba lagi... "Kkkk...kkkkhhh" Mobilnya mulai susah untuk nyala.

KALI INI BUKAN MOBILNYA YANG MATI. TAPI aku yang BAKAL MATI.

"Ini mobil masih baru, mau rusak akinya kalau di stater-stater terus!! Coba yang benar!" Papah sudah mulai membentak.

Well, akhirnya bisa . Guuuiihh (=.=')

Kalo mengendarai mobil yang udah jalan sih gampang, tinggal tekan gas, putar-putar stir.
Masalah over gigi udah oke,
tapi...

begitu akan STOP, lupa injak kopleng! "KKkkrrrrrkkkkk..........." Mesin mobilpun mati mendadak.

"Kamu ini bagaimana? Kok nggak ada akal? Tadi kan sudah di bilang selalu injak kopleng! Kok bodoh sekali sih kamu?!" BENTAK PAPA.

Perlahan namun pasti, aku mulai meneteskan air bening lewat mata yang disebut AIR MATA.
"Huuuhhuuhuhu...hikkhikss... saya tidak mau lagi belajar naik mobil. Saya tidak mau lagi. Ogaaahh,,, emoooh (tidak mau dlm bahasa Jawa) Tidak akan lagi saya naik mobil" Gerutuku sambil menangis--dengan keadaan mobil sedang jalan (putar-putar lapangan)

Aku seperti sudah mengikrarkan sumpah untuk tidak pernah mau belajar bawa mobil lagi, ditambah kendaraan ini memakan resiko yang besar. (Pikirku waktu itu)

Hahahahahahahahah . Kejadian itu kalau mau diingat lagi benar2 bikin ketawa geli! Masa latian mobil trus mobil lagi jalan, eeh... sopirnya nangis-nangis. #jadi malu.

Papah hanya bisa diam. Aku bisa merasakan raut penyesalan muncul di wajahnya (walau saat itu aku nggak bisa liat wajahnya karena lagi konsen sama jalan di depan)

"Hati-hati..." Kata Papah begitu melihat ada lobang besar di depan. Kali ini suaranya lebih pelan dan lembut.

Akhirnya hanya kebisuan yang ada diantara kami di dalam mobil.

Semenjak kejadian itu, aku sering mengeluh sama adik dan Mamaku, tentang Papa yang suka cepat marah kalau saya kalau diajar bawa mobil. Ya iyalah, aku belum bisa. Masa baru pertama kali latian, aku langsung bisa aja merasakan kopleng dan gas, Protesku.

Latihanpun masih sering dilakukan sampai saya kuliah di semester satu.
Tapi perkembangannya tidak memuaskan. Karena tiap latian Papa lebih banyak marah-marah.

Jadi, kami sekeluarga (termasuk Papa) berkesimpulan bahwa Papa nggak bisa mengajariku bawa mobil dengan baik. Heheheheh(sorry Pa)

Di semester dua kuliah, aku ikut kursus mengemudi.
Hanya dalam satu minggu. Saya pun MAHIR membawa mobil, dan udah bisa kesana-sini.
DUA MINGGU! Beda anget dengan rentang waktu yang dipake Papa ngajarin aku, SATU TAHUN. Hehehe. Dua minggu itu dengan durasi 1,5 jam/ pertemuan.

Soalnya pelatihnya baik, dan friendly. Tapi jengkel juga kalo digantiin sama pelatih yang lain (biasanya pelatihku berhalangan). Pelatih yang lain itu genit dan SANGAT tidak membuat konsumen nyaman. SAYA jengkel, dan sempat komplain sama pihak tempat kursus, waktu pelatih yang lain itu sempat minta nomor HP, dan sepanjang mengajar selalu nge-gombal.

Pihak tempat kursus pun menanggapi komplain saya dengan positive. Akhirnya pelatih lain itu dimarahi dan ditegur, diancam akan dikeluarkan karena membuat pelanggan tidak nyaman. Hihihiihihihih

Saya pun kembali diatih oleh pelatihku yang semula, hingga akhirnya saya bisa membawa mobil :D

I Like it!!!

Rasanya baru bisa bawa mobil itu 11-12 dengan rasanya pertama kali bisa bawa motor. Rasanya sedikit2 pengen keluar naik kendaraan itu. (ToLareee memang)

Satu minggu, setelah selesai kursus, aku pun mendapatkan SIM A aku. Sebagai warga negara yang baik, surat2 mengemudi harus lengkap kan.....

SENANG . Iya,
tapi

TAKUT, juga masih iya!
Apalagi kalau masuk lorong rumahku dan bertemu dengan mobil besar yang juga mau lewat dari arah berlawanan. !
"AAAAKHHH! Papah, tukaran posisi!!!" Begitulah aku berteriak menyuruh papaku mengemudi, sedangkan saya pindah ke sebelahnya waktu ada mobil besar berpapasan di depan.

Tapi seiring berjalannya waktu, dan semakin tingginya jam terbang membawa kendaraan itu, maka sedikit2 ketakutan pun hilang, dan kemahiranpun didapatkan. :)

Saya belajar satu hal dari membawa mobil ini,

terkadang... yang membatasi kita untuk mampu(bisa) melakukan sesuatu adalah rasa takut kita itu sendiri.
Kita tidak akan pernah tahu kalau kita BELUM pernah mencoba.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar